Senin, 14 Juli 2008

Komposter Bekicot


Nah, sebagai partisipasi ikut meng-hijau-kan Surabaya, Lina Purwanidia menciptakan komposter bekicot.

Berikut artikel Jawa Pos 14 Juli 2008.

Lina Purwanidia, Kembangkan Bekicot Jadi Pengolah Sampah Dapur.

Murah karena Hanya Bermodal Timba

Bekicot. Siapa yang tak kenal dengan hewan bercangkang ini ? Di tangan Lina Purwanidia, selaian diternakkan, bekicot bisa dimanfaatkan untuk mengolah sampah dapur sekaligus menghasilkan kompos.

Awalnya, Lina Purwanidia, sangat membenci bekicot. "Karena dia suka memakan tanaman tanaman peliharaan saya." kata Lina menyampaikan alasannya.
Saat itu Iin panggilan akrab Linda Purwanidia ingin membasmi bekicot. Tapi begitu akan dibasmi, muncul perasaan tidak tega. Lantas, ibu satu anak itu berbalik ingin memanfaatkannya. Apalagi dia pernah mendengar bahwa bekicot pun bisa diternakkan dan dimanfaatkan untuk mengurangi sampah dapur.
Maka, sejak 2006 Iin mulai beternak bekicot. "Setelah saya banyak belajar, ternyata mengembangkan bekicot sangat mudah," ujar wanita berusia 32 tahun itu ditemui di rumahnya di Jl. Sambiroto, Sambikerep, kemarin (13/7).
"Yang dibutuhkan hanya timba dengan ukuran 70 liter." Jelas Iin sambil menunjukkan timba hitam yang baru dia beli. Timba tersebut kata Iin, diberi lubang-lubang udara di dindingnya. Begitu pula pada tutupnya. Lubang itu berfungsi sebagai ventilasi agar udara di dalam timba bisa berganti.
Tinggi timba, kata Iin, minimal 40 cm. Jika kurang dari itu, suhu dalam timba akan panas. Itu membuat bekicot tidak betah dan mati. "Plastik apa pun bisa, tidak hanya timba. Tapi tingginya harus 40 cm," jelasnya.
Timba ukuran 70 liter bisa menampung sepuluh ekor bekicot. Timba harus diletakkan di tempat tempat sejuk. "Bisa di bawah atap atau di bawah pohon," ujarnya.
Di dalam timba, bekicot tersebut akan berkembang biak sendiri. "Yang penting, bekicot yang dimasukkan ke dalam timba berlainan jenis kelamin," kata Iin.
Dia menambahkan, sisa-sisa makanan apa pun bisa dimasukkan ke dalam timba sebagai makanan bekicot, kecuali yang berminyak dan bersantan. Sebab makanan yang berminyak dan bersantan akan meninggalkan bau tak sedap jika dimasukkan ke dalam timba.
Yang bisa dimasukkan ke dalam timba adalah sampah dapur, misalnya sisa nasi, sayur-sayuran atau buah-buahan. Di sinilah manfaat bekicot, yakni bisa mengolah sampah dapur. Selain itu kotoran bekicot bisa dimanfaatkan sebagai kompos.
Iin melanjutkan, pada umur tiga bulan, bekicot harus diambil dari timba. Sebab umur bekicot cukup singkat. Apabila tidak diambil, bekicot akan mati dan menimbulkan bau yang tidak sedap. "Istilahnya, saat berusia tiga bulan itu mereka dipanen," katanya.
Saat dipanen, Iin menjamin bekicot-bekicot itu sudah berkembang biak dan meninggalkan anak-anaknya di dalam timba. Anak bekicot tersebut sangat banyak. Jumlahnya puluhan.
Bekicot yang dipanen bisa dimasak sendiri atau dijual. Selalu ada pengepul yang siap mengambil. Per kilo, kata Iin, dihargai Rp 2 ribu. "Kalau mau diolah dulu baru dijual juga bisa. Sudah ada warga RT kami yang membuat sate bekicot dan krengsengan. Banyak yang suka lho." ungkapnya.
Selain itu, hewan tersebut bisa dimanfaatkan sebagai obat-obatan. "Alergi, gatal-gatal dan asma bisa diobati dengan lendir bekicot," tuturnya berpromosi. "Warga kami sudah membuktikannya," imbuhnya. (aga/kum)

Tidak ada komentar: