Selasa, 08 Juli 2008

Ukuran Tidak Pas, Ginjal Baru Bisa Membusuk

Angky Camaro: Transplantasi Ginjal, Kehidupan dan Jabatan Baru (4)

Angky Camaro, Jakarta

Radar Surabaya, 8 Juli 2008

Karena tidak bisa bahasa Mandarin, Angky Camaro membawa koleganya Marvy Apandi sebagai penerjemahnya selama berobat ke Tiongkok. Berikut cerita Marvy tentang transplantasi ginjal yang dijalani sahabatnya itu.

Bulan Maret 2008 saya ditugasin bos (Antony Salim), buat nemenin Pak Angky berobat ke Tiongkok. Waktu itu sebetulnya Pak Angky kondisinya sudah parah banget, tapi ya itu orangnya kan sibuk terus jadi sakit nggak dirasain.

Waktu kita ke Tiongkok bulan Maret itu sebetulnya sudah ada ginjalnya, cuma Pak Angky nggak mau. Soalnya kan sehabis di-transplant butuh waktu setengah tahun untuk recovery. Padahal bulan Mei (tanggal 27 Mei) Pak Angky masih RUPS PT Sampoerna Tbk, jadi dia bilang, “Ntar aja, sehabis RUPS.”

Tinggal 29 Mei 2008 habis RUPS Sampoerna, kita berangkat ke Tiongkok. Saya dari Jakarta pakai Garuda, Pak Angky berangkat dari Singapura. Kita sampai di Tiongkok sekitar pukul 4 sore. Waktu itu kondisi Pak Angky udah krisis bener, pokoknya harus cuci darah. Kalau nggak cuci darah atau transplant ia bisa sewaktu-waktu pingsan.

Tanggal 30 Mei Pak Angky langsung ke rumah sakit, karena saat itu belum ada donor ginjal. Sempat juga kita berapa hari di sana ditawari sudah ada donor ginjal, tapi ternyata kreatinin-nya terlalu tinggi jadi kurang cocok dengan Pak Angky. Selama menunggu ginjal baru, Pak Angky sempat cuci darah di rumah sakit sebanyak tiga kali. Maksudnya untuk menurunkan kreatinin, biar nanti kalau ginjal barunya dipasang kerjanya nggak langsung berat.

Sebelum melakukan operasi transplantasi, dokter ahli ginjal di rumah sakit itu memanggil saya untuk diberi penjelasan mengenai resiko-resiko yang mungkin bisa terjadi pada saat berlangsungnya transplant ginjal Pak Angky. Saya ingin benar-benar sampaikan resiko-resiko ini, karena orang kan mikirnya sekadar operasi ganti ginjal dan sudah selesai begitu saja, tidak ada resikonya.

Padahal resikonya benar-benar berat, bahkan salah-salah bukan hanya harta kita melayang tapi nyawa juga melayang, karena pada saat saya di sana ada juga orang Arab yang kebetulan tidak sukses melakukan transplant hati dan ginjal. Dia meninggal. Saya waktu dipanggil dokter sengaja menghadap sendirian, dokter bilang, “Siapa Anda?” Ya, saya bilang, saya wakil Pak Angky dari perseroan. Saya bilang, saya yang jamin dan saya yang akan isi formulirnya. Soalnya formulir berbahasa Mandarinm jadi kan musti saya yang ngisi. Ternyata waktu saya mau teken, mereka bilang harus istrinya. Waduh, padahal saya sengaja nggak bawa istri Pak Angky, takut dia nggak tahan kalau dengar resiko-resiko yang akan dijelaskan dokter tersebut.

Tapi ya sudah, karena mereka minta istrinya yang harus tanda tangan, ya istrinya Pak Angky akhirnya yang teken, meski istri Pak Angky ini sama sekali nggak ngerti bacaan tulisan yang ada dalam formulir, soalnya istri Pak Angky juga sama sekali nggak bisa berbahasa Mandarin. Dia itu pinternya bahasa Inggris.

Sebelum formulir itu ditandatangai, dokter itu menjelaskan empat resiko yang mungkin terjadi pada Pak Angky saat berlangsungnya operasi transplant. Empat resiko tersebut :

1) Dokter berkata, “Semua pasien anggap bahwa semua masalah bisa kami atasi, naum yang harus Anda ketahui bahwa ada resiko-resiko yang tidak bisa kami atasi (misalnya saat dibius total kebablasan tidak bangun alias meninggal)”. Oleh karena itu kemudian dokter itu menyarankan untuk bius lokal, ini juga mengingat usia Pak Angky yang sudah 59 tahun, takutnya kalau dibius total, nanti resikonya lebih besar.

2) Saat operasi memakan waktu 3-4 jam. Nah, dalam rentang waktu yang panjang itu bisa terjadi tiba-tiba pembuluh darah ke otak pecah. Ini lantaran jantung tidak kuat lagi memompa darah. Nah, pada saat pembuluh darah pecah ini, di tengah-tengah operasi pasien bisa langsung meninggal.

3) Ada kemungkinan ginjal yang akan ditransplantasikan itu ukurannya kekecilan atau kebesaran dibandingkan ginjal lama. Akibatnya karena tidak pas, bisa terjadi pembusukan (ginjal baru membusuk). Nah, kalau dipotong lagi, dan ini biasanya bisa terjadi pendarahan hingga orangnya meninggal.

4) Sesudah cangkok, kadang ada resiko di mana orang tidak bisa kencing, sehingga perutnya sangat gembung. Biasanya kalau setelah tiga jam, mampet mesti dipompa. Dan ini bisa berlangsung sampai tiga bulan. Untungnya Pak Angky bisa melewati empat resiko itu.

Tapi jangan salah banyak yang tidak bisa melewati empat resiko itu, dan akibatnya tidak berhasil malah meninggal.

Maka dari itu saya ingin beri tahu orang yang ingin transplant ginjal di Tiongkok, Anda harus benar-benar siap mental, jangan hanya siap uang. Selain itu karena semuanya bahasa Mandarin, dan dokternya pun tidak bisa bahasa Inggris, kalau ke sana harus membawa translator yang mahir bahasa Mandarin.

2 komentar:

Smart Mom mengatakan...

Tingginya racun/creatinin dalam tubuh bisa diatasi dengan cara yang sederhana, misalnya dengan mengkonsumi makanan organic.
Silakan baca2 mengenai hal ini di www.gayahiduporganic.co.cc

Semoga bermanfaat.
Mama Selma

story my life mengatakan...

sya seseorang yg sedang dalam kesulitan keuangan untuk membantu ekonomi keluarga. maka dari itu untuk mengatasinya sya relakan ginjal sy untuk di donor kan.maka dari itu apabila ada yang membutuhkan.bsa hub sya.di email saiia_bogohkasi@yahoo.com atw no tlv (022)92137666. terima kasih